Belajarlah Selagi Kau Memiliki Kemerdekaan
Pendidikan merupakan senjata terkuat untuk mengubah suatu bangsa, negara bahkan dunia. Pendidikan dapat diperoleh dengan belajar. Dalam sehari-hari manusia belajar dan terus belajar mulai dari hal yang kecil hingga hal besar. Manusia dapat belajar darimana dan kapan saja, namun pada kenyataanya tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama. Setiap individu memiliki hak untuk belajar yang setara antara satu dengan yang lainnya, bagaimanapun juga kesenjangan antarindividu masih terjadi sampai saat ini. Kesenjangan terjadi disebabkan oleh terperangkapnya masyarakat kecil dalam penjara ekonomi, memaksa mereka kehilangan hak yang seharusnya dimiliki.
Di Indonesia sendiri tidak semua anak dapat belajar dengan situasi yang layak sebagaimana seharusnya. Sejak lama pemerataan pendidikan di Indonesia sudah menjadi program utama yang dikembangkan pemerintah. Isu sosial ini mencetuskan banyak kisah memotivasi bagi anak-anak Indonesia yang terlilit dalam lingkup yang sama, salah satunya yaitu Laskar Pelangi. Melalui buku dan film Laskar Pelangi dapat dilihat dengan jelas kondisi anak-anak Indonesia yang tidak memiliki kemerdekaan belajar.
Saat ini, Indonesia bersama dengan dunia tengah berada dalam ambang yang sama berpacu melawan pandemi yang sedang terjadi. Di tengah pandemi semua orang berusaha meningkatkan dan menjaga keadaan, namun di saat itu pula banyak yang menyerah pada keadaan yang terus menekan. Kemerdekaan belajar semakin memudar, banyak murid yang kurang mampu berhenti sekolah sebab kurangnya fasilitas. Hal ini dirasakan oleh seorang siswa SD Negeri Kebon Manggis, bernama Ilham Maulidin, dimana keterbatasan ekonomi keluarganya untuk memperoleh gawai menghalanginya untuk belajar dengan bebas. Beruntungnya, satu orangtua murid mengetahui keadaan keluarga Ilham dan menawarkannya gawai bekas, walaupun terdapat retakan Ilham tetap senang sebab ia dapat belajar seperti teman-temannya. Namun, tidak semua orang memiliki keberuntungan yang sama dengan Ilham. Para siswa di Dusun Sidas Daya, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak, Kalimantan Barata, harus pergi menempuh panjangnya perjalanan jauh ke bukit demi mendapatkan sinyal. Gubuk yang didirikan untuk belajar sambil berteduh pun rusak tesembur angin.
Kurangnya akses jaringan internet yang memadai juga menjadi faktor pemudaraan kemerdekaan belajar, hal ini terjadi bukan hanya di satu tempat melainkan beberapa daerah di Indonesia, seperti Papua, Asmat, Maluku, bahkan Ibukota Jakarta. Banyak pula guru yang berjuang menyusuri pelosok desa hanya untuk memberikan pembelajaran pada murid-muridnya, seperti guru di Pulau Seira Kabupaten Kepulauan Tanimbar.
Pemerintah selaku pengayom masyarakat mengupayakan terjadinya pemerataan pembelajaran dimana diizinkannya penggunaan dana BOS dengan flexibilitas oleh sekolah untuk membeli kuota bagi murid dan guru, penayangan program “Belajar dari Rumah” di TVR dengan total 720 episode dalam 90 hari waktu penayangan, pemberian kuota internet secara gratis dengan rentang yang berbeda-beda, yakni bagi murid mendapatkan 35 GB, guru 42 GB, mahasiswa dan dosen 50 GB setiap bulannya, serta pemberian dana BOS kinerja dan afirmasi untuk sekolah negeri dan swasta yang membutuhkan.
Di sisi lain, ketika pemeritah dan murid lainnya yang masih kurang beruntung berjuang begitu keras, banyak dari kita yang menyalahgunakan kesempataan yang diberikan pada kita seperti fasilitas yang lebih dari cukup, gawai yang berfungsi baik, koneksi dan jaringan internet yang memadai, hingga situasi rumah yang nyaman. Pada kenyataanya, hal tersebut membuat kita terbuai terlalu nyaman membuat kita jatuh kedalam lembah kemalasan yang bisa kita amati sendiri seperti teman-teman kita, Virginia, Bryan, Angeline, Chandra, dan lainnya, dimana di saat yang sama banyak dari mereka yang rela menukarkan apapun yang dimilikinya hanya untuk bisa seperti kita.
Suatu pepatah mengatakan, “Kita tidak akan menyadari arti dari sesuatu sampai hal itu hilang”. Banyak dari kita terlalu berleha-leha dalam kenyamanan diri membuat kita lupa betapa beruntungnya keadaan kita dibandingkan ratusan anak di luar sana. Terkadang kita menginginkan yang lebih namun tidak melakukan apapun, sedangkan ada orang yang melakukan apapun yang ia bisa namun tidak mendapatkan apapun. Maka mulailah mensyukuri apa yang kita punya dan gunakan kesempatan yang ada dengan baik.
By Gracia Alvionita Agnes 12 IPA
Comments