top of page

Menghadirkan Pembelajaran yang Bermakna dan Berpusat pada Kristus



Guru Kristen bukanlah sekadar sebutan bagi guru yang beragama Kristen atau yang mengajar di sekolah Kristen, namun tentang bagaimana guru tersebut mampu menghadirkan Kristus di dalam setiap pembelajaran bermakna yang diajarkan kepada murid-murid. Tentunya, hal ini didukung oleh sikap atau cara hidup guru yang mampu menjadi teladan di mana saja, kapan saja, dan kepada siapa saja seperti cara hidup Yesus yang menghadirkan nilai-nilai kerajaan surga melaui sikap hati dan karakter.


Pembelajaran bermaknapun perlu dirancangkan dengan matang agar murid-murid mengalami proses belajar yang menyenangkan dan dapat mengaitkan serta mengaplikasikan informasi yang diperoleh dengan konsep-konsep dalam struktur kognitifnya pada kehidupan nyata (David Ausubel, 1963; as cited in Ariesta, 2018). Artinya, pembelajaran akan lebih bernilai ketika murid mampu mengalami sendiri apa yang diajarkan oleh gurunya dari pada hanya mendengar penjelasan materi saja (Ariesta, 2018).


Proses belajar ini dapat terbangun ketika seorang guru mampu menerapkan hal-hal yang bernilai juga di dalam kelas, seperti:


  1. Memandang setiap murid sebagai image of God yang perlu dikasihi dan diterima keunikan dan perbedaannya. Dalam hal ini, guru perlu terus menunjukkan ketulusan dalam membimbing para murid, serta mengakui bahwa mereka memiliki keistimewaan masing-masing sebagai pribadi yang Tuhan ciptakan, berdosa namun Tuhan kasihi, dan sudah Tuhan tebus. Oleh karena itu, penting sekali bagi seorang guru untuk menerima setiap muridnya dalam keberadaan mereka masing-masing danmengajar mereka untuk mengenal Kristus.

  2. Mengenali potensi para murid dan mengarahkan mereka untuk memaksimalkan potensi yang mereka miliki (Ariesta, 2018). Yang membedakan antara guru Kristen dan guru lainnya adalah ketika seorang guru mampu mengenali potensi yang dimiliki oleh para muridnya dan mengarahkan mereka mencapai potensi maksimal yang dimiliki. Tentu saja potensi maksimal itu harus bertujuan untuk memuliakan Kristus. Guru perlu terbuka dengan para muridnya, berbagi mimpi dan tujuan hidupnya sehingga para murid dapat termotivasi untuk mengembangkan potensi dengan maksimal. Jika ingin lebih mengenal para murid dan potensinya, guru perlu menyediakan waktu untuk berdiskusi, misalnya saat jam istirahat, atau mengatur kegiatan berbagi seminggu sekali di mana guru bisa bertemu murid dan orang tuanya.

  3. Menghadirkan sumber belajar yang memungkinkan murid untuk bisa bereksplorasi (Ariesta, 2018). Di era digital sekarang ini, guru akan semakin mudah menemukan sumber belajar yang menarik dan bermutu untuk disajikan kepada para murid. Guru perlu memilih sumber belajar yang berkualitas dan dapat dengan mudah diakses oleh mereka. Melalui sumber belajar, guru perlu mengupayakan para murid bisa menemukan dan mempelajari banyak hal sehingga mereka dapat mengembangkan pengetahuan yang mereka peroleh dan mengaplikasikannya pada kehidupan nyata. Guru juga dapat membuat learning center di kelasnya dan menempatkan permainan-permainan edukatif yang dapat mengasah dan mempertajam kemampuan berpikir murid, meningkatkan kemandirian murid, dan juga mengembangkan keterampilan berkolaborasi murid dengan temannya saat berada di dalam learning center.

  4. Menggunakan model pembelajaran inquiry (Ariesta, 2018).Saat mengajar, guru perlu memikirkan dan merencanakan model pembelajaran yang baik sehingga pembelajaran yang dihadirkan bermakna. Model pembelajaran yang cukup baik dan terbukti mampu membuat para murid bisa menemukan banyak hal baru di dalam pembelajaranadalah inquiry-based learning. Tahapan-tahapan yang ada di dalamnya akan memancing rasa ingin tahu murid terhadap sesuatu sehingga mereka terdorong untuk menemukan jawaban dari hal tersebut.

  5. Mempercayakan murid untuk mempraktikkan pengetahuan yang diperoleh. Pada saat murid cukup mampu untuk mandiri dan mengembangkan ilmu pengetahuan serta keterampilan yang dimilikinya, maka guru perlu juga mulai mempercayakan tanggung jawab kepada mereka. Percayakan mereka untuk berani mempraktikkan pengetahuan yang mereka peroleh sambil memberikan umpan balik terhadap apa yang mereka lakukan. Guru dapat menilai perkembangan murid dari latihan atau praktik, setelah itu mereka dapat diberikan kesempatan untuk mengaplikasikan pengetahuan ataupun keterampilan yang diperoleh ke dalam kehidupan nyata.

Penerapan pembelajaran yang bermakna akan mendorong para murid untuk terus mengingat pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh dalam jangka panjang. Saat murid menghadapi masalah, mereka akan belajar untuk bijaksana dalam mengatasinya. Saat murid mengeksplorasi banyak hal, mereka menjadi kaya dengan pengetahuan dan keterampilan. Saat mereka dididik oleh guru Kristen yang benar-benar menghargai panggilannya sebagai guru Kristen, maka mereka kelak mampu untuk menjadi berkat bagi banyak orang. Guru Kristen perlu maju, terus bertumbuh, dan menerapkan pembelajaran yang bermakna dalam setiap kesempatan yang Tuhan berikan.



Referensi:

Ariesta, F. W. (2018). Pentingnya pembelajaran bermakna (meaningfull learning). https://pgsd.binus.ac.id/2018/11/23/pentingnya-pembelajaran-bermakna-meaningfull-learning/


Penulis:

Kristiani Filli Celsya Bangki, S.S., M.M., CCTT TK dan mengajar SD Grade 2 di SDH Manado (Ranotana), Manado.

0 comments

Comments


bottom of page